Habis Iri Terbitlah Benci


Hallo guise, udah agak lama ya aku gak update blog. Hehe. Gak tau kenapa kemarin-kemarin begitu malas untuk update, apalagi saat bulan Ramadhan yang rasanya tingkat kemalasan meningkat berkali lipat.

Nah, blog kali ini terinspirasi dari kisah saat Sekolah Dasar. Dimana waktu itu aku jadi salah satu korban rasa iri orang lain terhadap aku. Jadi, ada salah satu temen sekelas yang cukup deket sih sebenernya. Tetapi suatu saat dia secara tiba-tiba melakukan hal yang kurang mengenakan seperti merusak hasil kerajinan, corat-coret tas, bentak-bentak, dll. Dan disitu pasti perasaan aku kaget, karena sebelumnya hubungan kita baik-baik aja. Kita gak ada masalah apapun kaya cekcok atau berantem.

Suatu ketika dia secara terang-terangan bilang kalau alasan dia melakukan hal ini karena pasal iri. Dia iri karena dia gak pernah ngedapetin hal yang bisa aku dapetin salah satunya pujian dan perhatian dari banyak orang. Dan dia bilang bahkan orang tuanya sendiri selalu membandingkannya terutama dengan aku.

Dari situlah aku menyadari bahwa iri dan sakit hati adalah dua hal yang bisa memancing seseorang untuk melakukan sesuatu yang merugikan. Entah merugikan diri sendiri ataupun orang lain. Tapi yang jelas dua hal tersebut haruslah dihindari.

Sebenernya gak salah saat kita merasa iri atau sakit hati seolah-olah merasa diri sendiri tak seberuntung orang lain, hal tersebut adalah sifat manusiawi. Yang salah disini adalah ketika kita tidak dapat berpikir secara dewasa dan tidak bisa bijak dalam mengambil keputusan. Apalagi sampai membenci dan memberontak kepada orang lain seolah-olah menyalahkan mengapa hidupnya lebih sempurna.

Memang benar kata pepatah jika rumput tetangga terlihat lebih hijau. Tetapi jangan sampai melupakan bahwa rumput di halaman rumah sendiri perlu untuk dirawat juga. Jadi, dibandingkan terus meratapi kehidupan pribadi yang tak seindah orang lain. Lebih baik terus merombak diri agar menjadi lebih baik lagi. Yang pastinya sebaik hidup orang lain menurut dirinya.

Setelah banyak hal yang telah ia lakukan, tanggapan aku hanya bisa diam. Karena aku sendiri tahu bagaimana rasanya jika ada di posisi dia, dan aku pun pernah dihinggapi rasa iri seperti dia. Tetapi bedanya, aku gak ngelampiasin itu semua.

Nah, dari cerita di atas kita bisa mengambil salah satu contoh lain di kehidupan zaman sekarang. Dimana banyak netizen yang nyinyir jika salah seorang telah membuat dirinya kesal lantaran suatu hal. Menurutnya si target telah melakukan sesuatu yang tidak pantas, padahal itu hanyalah pemikirannya saja yang sedang dihinggapi emosi.

Kadang memang suka serba salah sih ketika misalnya ada seseorang yang melakukan sebuah hal baik, lalu ia publish ke media sosial dengan tujuan agar menginspirasi orang lain untuk melakukan kebaikan juga. Tetapi, lantaran netizen nyinyir selalu Maha Benar, maka pandangannya akan berbeda. Ia akan berpikir bahwa itu adalah kegiatan pamer atau riya agar mendapat pujian dan perhatian belaka.

Lalu, apakah penyebab dari kenyinyiran netizen tersebut?

Ya, dia sedang iri. Maka, tidak ada sedikit pun pikiran positif di kepalanya. Yang ia pikirkan hanyalah vonisan negatif, negatif, dan negatif. Hingga akhirnya ia bersikap provokatif karena ia merasa bahwa dirinya lah yang terbaik. Orang lain lebih baik diam saja, jangan melakukan hal baik apapun untuk memancing tepuk tangan. Karena ia rasa itu semua hanya untuk dirinya.

Lalu gimana sih cara mengobati hati yang sedang iri? 

Gampang kok, saat merasa hidup ini tak berarti. Selalu inget bahwa masih banyak orang yang berharap bisa berdiri di posisi kamu saat ini. So, do not waste even the slightest favor that God gives:)







Komentar

Postingan populer dari blog ini

50 Colleges in USA With Full-Ride Scholarships

Perkembangan Bahasa Indonesia

Sering Dipandang Kesepian, Padahal Inilah 5 Manfaat Saat Sendiri